PALEMBANG.RELASIPUBLIK.COM,- Alih fungsi ini, menurut Analis PSP Madya Disbun Sumsel H Rudi Arpian, akan menjadi ancaman serius untuk harga kelapa sawit milik petani swadaya. Diperkurakan 2-3 tahun mendatang harga akan anjlok.
Baca Juga: Tak Dapat Pupuk Subsidi, Petani Sawit di Bengkulu Ancam Ganti Tanaman Lain
“Ini perlu diwaspadai mulai dari sekarang. Jika alih komoditi itu tidak cepat mendapat respon, ya, kemungkinan besar akan mempengaruhi harga sawit swadaya,” paparnya, Kamis (10/8/2023).
Dari catatannya, saat ini harga kelapa sawit swadaya di bawah Rp.2000/kg, yakni sekitar Rp.1600-Rp.1800/kg. Harga ini cenderung berselisih jauh dengan harga penetapan peruntukan petani plasma atau mitra perusahaan, yang mencapai Rp2.301,83/kg hingga pertengahan Agustus mendatang.
Rudi mengatakan, ada beberapa faktor yang dapat menghambat lajunya alih komoditi karet ke kelapa sawit sehingga perkaretan di Sumsel dapat terselamatkan.
Pertama, perlu adanya peremajaan karet. Saat ini tidak sedikit petani yang mengeluhkan bahwa kebun karetnya telah berusia tua sehingga produksi menurun. Peremajaan sendiri menjadi harapan petani karet.
Selanjutnya, subsidi pupuk guna menunjang produktifitas pohon karet. Dimana harga pupuk yang dibutuhkan petani untuk merawat kebun karetnya tengah melambung tinggi. Malah dinilai di atas normal.
Terakhir, perlu menjadi fokus pemerintah terkait masalah penyakit gugur daun. Hingga kini penyakit ini menjadi momok bagi petani karet.
“Dengan solusi ini ada dua keuntungan yang bisa diperoleh dalam jangka panjang. Di antaranya harga karet yang rendah, namun produksi meningkat dapat mengurangi keinginan untuk alih fungsi komoditi. Kemudian harga sawit swadaya ke depan tidak terancam jatuh akibat supplai-demand yang tidak seimbang,” tandasnya.( Rilis)