Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Example floating
Example floating
Example 728x250
Sumatera SelatanTerbaru

Serikat Pekerja/Buruh Di Sumsel Menolak Surat Edaran Menteri Ketenagakerjaan Dan Tetap Menuntut Kenaikan UMP Sumsel Tahun 2021

61
×

Serikat Pekerja/Buruh Di Sumsel Menolak Surat Edaran Menteri Ketenagakerjaan Dan Tetap Menuntut Kenaikan UMP Sumsel Tahun 2021

Sebarkan artikel ini

Relasipublik.com | Palembang – Serikat Pekerja/Buruh Sumatera Selatan menolak Surat Edaran Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor: M/11/HK.04/X/2020 tentang Penetapan Upah Minimum tahun 2020 pada masa Pandemi Covid – 19 dan tetap menuntut adanya kenaikan Upah Minimum Provinsi (UMP) Sumatera Selatan Tahun 2021.

Hermawan, SH Ketua DPC Federasi Serikat Buruh Niaga keuangan dan perbankan (Nikeuba) Kota Palembang sekaligus selaku anggota Dewan Pengupahan Provinsi Sumsel, saat di wawancarai di kantornya Jalan Sersan Sani Lorong Kandis II No. 901 Kecamatan Kemuning Palembang, Kamis (29/10/2020).

“Surat Edaran ini di tujukan kepada Gubernur bukan kepada Anggota Dewan Pengupahan, itu tegas, jadi yang di tujukan ini kepada Gubernur, sehingga anggota Dewan Pengupahan tidak terikat dan tidak perlu memperdulikan Surat Edaran tersebut, apalagi Surat Edaran tersebut isinya sangat bertentangan dengan ketentuan perundang-undangan menyangkut mekanisme kenaikan Upah Minimum,” ucapnya.

Penetapan UMP itu memang kewenangan Gubernur akan tetapi harus dengan memperhatikan Rekomendasi dari Dewan Pengupahan, itu di atur secara tegas dalam UU No.13 tahun 2003 dan PP No.78 tahun 2015, sudah sangat jelas bahwa dalam menetapkan UMP tersebut Gubernur Harus Memperhatikan Rekomendasi Dewan Pengupahan utamanya dari unsur Serikat Pekerja/Serikat Buruh selaku pihak yang mewakili kepentingan buruh secara langsung.

Tentang Surat Edaran Menteri Ketenagakerjaan tersebut, itu adalah himbauan internal saja dan tidak mengikat secara hukum apalagi Surat Edaran tersebut secara hirarki di bawah Peraturan Pemerintah dan Surat Edaran tersebut bukan ketentuan produk perundang-undangan yang wajib ditaati, sehingga tidak perlu dijadikan dasar dalam menentukan kenaikan UMP karena mekanisme kenaikan Upah Minimum secara tegas telah diatur dalam PP No.78 tahun 2015.

” Sudah jelas dari hasil perhitungan BPS secara Nasional, rata – rata pertumbuhan ekonomi dan Inflasi di tahun 2020 trendnya masih positif dan secara regional Sumsel di tahun 2020 trendnya juga positif, hal mana selama ini tata cara yang di pakai dalam menentukan kenaikan Upah Minimum mekanismenya seperti itu juga,” bebernya.

Selaku Anggota Dewan Pengupahan seharusnya tetap berkomitmen dan konsisten bertindak sesuai aturan, ikuti mekanisme yg telah diatur dalam UU No. 13 tahun 2003 dan PP No. 78 tahun 2015 dalam menentukan kenaikan Upah Minimum, penetapan kenaikan Upah Minimum harus dilakukan dengan berdasarkan rata – rata pertumbuhan ekonomi dan inflasi.

Sebagai Gubernur Sumsel dalam menetapkan UMP tahun 2021 haruslah berdasarkan ketentuan hukum yang berlaku, yaitu berdasarkan rata – rata pertumbuhan ekonomi regional Sumsel dan Laju Inflasi Sumsel, yaitu minimal sebesar 4,7 % sesuai UU No.13 tahun 2003 dan PP No. 78 tahun 2015.

“Apabila UMP Sumsel tahun 2021 di tetapkan sama nilainya dengan Nilai UMP Sumsel tahun 2020 atau tidak ada kenaikan (0%), Maka Buruh/Pekerja Sumsel akan melakukan PENOLAKAN, dan akan berjuang menuntut kenaikan Upah Minimum tersebut baik melalui aksi di jalanan maupun upaya secara hukum ke PTUN,” pungkasnya. (Ocha)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *