Relasipublik.com | Musibanyuasin – Kabupaten yang biasa dikenal dengan sebutan MUBA ini telah aktif melakukan beragam inovasi khususnya di tiga unggulan komoditasnya yaitu kelapa sawit, karet dan gambir. Berbagai terobosan usaha seperti inovasi aspal berbasis karet alam yang punya harga bersaing, pengembangan bahan bakar berbasis minyak sawit skala industry (industrial vegetable oil) sebagai bentuk hilirisasi.
Kelapa Sawit yang memiliki nilai tambah bagi petani, hingga pewarnaan alami menggunakan Limbah Getah Gambir.
Komitmen Kabupaten Musi Banyuasin dalam meningkatkan pendapatan daerah tanpa harus merusak lingkungan ini menunjukan keseriusan yang telah ditanam dalam 5 tahun terakhir. Bupati Musi Banyuasin Dr H Dodi Reza Alex Noerdin melalui Wakil Bupati, Beni Hernedi, menyampaikan bahwa jajarannya sangat serius untuk fasilitasi kerjasama multipihak yang dapat dijalin antara dunia usaha, masyarakat dan pemerintah kabupaten untuk mengembangkan inovasi usaha yang menjaga lingkungan dan mensejahterakan masyarakat.
Bahkan Pemerintah Kabupaten Muba telah meluncurkan Pusat Unggulan Komoditi Lestari (PUKL), suatu
inovasi kelembagaan yang dapat menjadi wadah kerjasama multipihak yang tepat
sasaran.
“Kabupaten kami serius untuk jemput bola investasi yang tepat karena kami sadar betul peluang masa depan cerah untuk masyarakat kami apabila Muba Fokus pada hilirisasi produk bernilai tambah yang tidak perlu mengorbankan lahan”, tukasnya.
Kepala Bappeda Muba, Drs Iskandar Syahrianto, juga menegaskan semangat yang sama.
“Kami berkomitmen untuk mendorong peluang usaha tanpa perlu merusak kawasan hutan. Menjaga hutan harus melibatkan pemerintah dan swasta, namun yang terpenting juga masyarakat.
Terutama yang tinggal di buffer zone area ekosistem penting. Masyarakat harus berdaya dengan kemampuan produktivitas yang tinggi sehingga pendapatan juga naik” ujarnya saat memaparkan pencapaian Kabupaten Musi Banyuasin dalam acara Webinar “Invest in Sustainable Business: Opportunities in Musi Banyuasin”, Kamis (10/12/2020) yang dihadiri oleh perwakilan dari berbagai organisasi mitra pembangunan yang berpotensi menjadi mitra baru untuk peluang investasi lestari Muba.
Ketua Yayasan Inisiatif Dagang Hijau, Fitrian Ardiansyah, menambahkan bahwa untuk menunjukan hal tersebut perlu diterapkan metode 3S yakni skala, stamina, dan sama – sama gotong royong.
” Prinsip ini memuat semangat penting dimana perlu keterlibatan berbagai pihak khususnya petani yang berada pada lini terdepan. Karena pemahaman Pemerintah Kabupaten Muba yang mendalam terkait model bisnis hijau, sesungguhnya Muba berpeluang emas untuk memanfaatkan berbagai peluang kerjasama dan investasi hijau termasuk melalui skema Verified Sourcing Area (VSA) yang dikembangkan oleh Yayasan Inisiatif Dagang Hijau dan jejaringnya”, tambahnya.
Dari kalangan pengusaha, Widyantoko Sumarlin yang merupakan Chief Sustainability Officer Kirana Megatara Group juga menilai, perdebatan antara bisnis dan kepentingan lingkungan seharusnya sudah tidak menjadi halangan.
“Project aspal karet bagus untuk meningkatkan konsumsi dalam negeri. 90% produksi karet untuk di ekspor. Ketika 50% dalam negeri bisa menyerap, maka domestik bisa menentukan harga yang baik. Apalagi jika pemerintah pusat mau turun tangan memastikan praktek yang juga lestari “, ujar Widyantoko.
Rizky Permana, sector lead agriculture dari SNV, menanggapi bahwa upaya ini juga sudah banyak didukung oleh sejumlah pebisnis yang tertarik menanamkan modalnya di daerah
salah satunya di Musi Banyuasin. Namun ke depan, perusahaan-perusahaan tersebut juga harus berkontribusi dalam peningkatan skill para petani yang ada di lapangan.
“Peran pemerintah sebagai fasilitator dan regulator menjadi amat penting untuk
menyeimbangkan kemudahan berusaha dengan komitmen praktek berkelanjutan
sehingga produk yang dihasilkan juga terjaga kualitasnya”.
Hal senada juga disampaikan oleh pak Syamsu Rizal, petani Gambir dari desa Babat Toman dimana petani gambir disana memerlukan dukungan seperti pendampingan, akses agri-input, serta akses pasar bagi produk mereka. Secara kualitas, Gambir yang dihasilkan oleh desa Babat Toman memiliki kualitas terbaik namun masih terkendala pasar. Selain itu, limbah pengolahan gambir juga punya potensi untuk dikembangkan menjadi pewarna alami yang penting dalam dunia eco-fashion.
“Kami berharap agar dukungan semua pihak untuk meningkatkan produktivitas, kualitas serta pasar yang lebih baik lagi dimasa yang akan datang”, harapnya
Tentang kemudahan berusaha, Muba telah membuktikan performanya melalui birokrasi yang baik, bahkan inovasi aspal berbasis karet alam yang dikembangkan MUBA bahkan diganjar Penghargaan Anugrah Pratama Perkebunan (APPI) Awards 2020 untuk kategori Birokrasi terbaik dari Menteri Pertanian bertepatan dengan Hari Perkebunan Nasional
ke-63. (Afrika)